Kamis, 21 Januari 2010

E-LITERACY

E-LITERACY DAN ICT LITERACY

Istillah “e-literacy” diartikan sebagai kemapuan menggunakan perangkat teknologi informasi (Indrajit, 2005 : 37). Alan Martin (seperti yang dikutip oleh Secker, 2004 : 78), mendefinisikan “e-literacy” sebagai literasi komputer yang diintegrasikan dengan literasi informasi, literasi moral, literasi media, dan ketrampilan belajar mengajar. Istilah ini digambarkan sebagai suatu kemampuan individu atau institusi yang sangat penting agar berhasil dalam mengikuti suatu era yang telah memakai alat-alat dan fasilitas elektronik, (e-literacy as computer literacy coupled with elements of information literacy, moral literacy, media literacy, and teaching and learning skill. It has been described as “a crucial enabler of individuals and institutions in moving successfully in a world reliant upon electronic tools and facilities).

Defenisi tersebut menggambarkan bahwa istilah “e-literacy” ini sangat berkaitan erat dengan ragam istilah “literacy” lainnya yang berarti kemampuan untuk membaca dan menulis (the ability to read and write). Bunz (seperti yang dikutip Indrajit, 2005 : 38) menjelaskankata ini yang kemudian berkembangkan dan sering dipadankan dengan “technology” sehingga dikenal istilah “technology literacy” yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk memahami dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai tujuan. Selanjutnya ketika teknologi computer berkembang, dikenal pulaistilah “computer literacy” dari definisi yang sederhana yaitu kemampuan menggunakan computer untuk memenuhi kepuasan pengguna (Rhodes, 1986) sampai yang berbau filosofis seperti “the collection of skill, knowledge, understanding, values, and relationships that allow a person to function as a productive citizen in a computer-oriented” (Watt, 1980).

Lebih jauh lagi Indrajit (2005) menjelaskan bahwa ketika berkembang secara pesat, istilah “internet literacy”-pun lahir dengan sendirinya, yaitu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan internet sebagai media komunkasi dan temu kembali informasi secara teori dan praktis. Kemudian Wijaya (2005 : 29) menjelaskan bahwa pada sebuah panel yang diikuti oleh beberapa ahli pendidikan, pakar bidang teknologi industry dan kelompok pekerja dari Australia, Brazil, Kanada, Prancis, dan Amerika Serikat yang tergabung dalam The International ICT Literacy Panel mengeluarkan definsi sebagai “ICT literacy is using digital technology, communication tools, and/or network to access manage, integrate, evaluate, and create information in order to function knowledge society”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dtarik kesimpulan baik istilah “e-literacy” maupun “ICT literacy” pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam tujuan penggunaan teknologi informasi sebagai alat untuk komunikasi dan temu kembali informasi. Dari pengertian daitas pula terdapat lima aspek terkait yang merupakan integrasi dan aplikasi kemampuan kognitif dan teknis (Wijaya : 31) yaitu :
1. Access (akses) : mengetahui tentang dan mengetahui bagaimana untuk mengumpulkan dan mendapatkan informasi.
2. Manage (mengelola) : menerapkan skala klasifikasi atau organisasi
3. Integrate (meng-integrasikan) : meng-interprestasikan dan menggambarkan ulang informasi. Hal initermasuk didalamnya membuat ringkasan, membandingkan, dan menggarisbawahi.
4. Evaluate (meng-evaluasi) : memutuskan tentang kualtas, keterkaitan, kegunaan atau efesiensi dan informasi
5. Create (menciptakan) : menciptakan informasi baru dengan cara mengadopsi, menerapkan, mendesain, membuat atau menulis informasi.

Aspek-aspek tersebut terintegrasi dalam kemampuannya yang bersifat kognitif (teori) sebagai kemampuan dasar yang kita butuhkan setiap saat seperti di sekolah dan tempat kerja, antara lain kemampuan memecahkan masalah, numerik dan visualisasi. Sedangkan kemampuan teknis (prkatis) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami perangkat keras,perangkat lunak, jaringan dan elemen-elemen teknologi digital.

Tingkat Kematangan E-Literacy

Kemampuan e-literacy pada setiap individu akan memiliki pola yang berbeda sesuai dengan kebutuhan hidup dan kedewasaan masyarakat, seperti yang dapat kita lihat pada gambar dibawah ini (Menteri Komunikasi dan Informasi RI, 2006 : 42). Hal ini sesuai dengan kerangka konsep Personal Capability Maturity Model (P-CMM) yang dikutip Indrajit (2005), maka kurang lebih level e-literacy seseorang dapat digambarkan seperti berikut :










(Sumber : Menteri Komunikasi dan Informasi RI, 2006 : 42)

a. Level 0 – jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari.
b. Level 1 – jika seorang individu pernah memiliki pengalaman satu dua kali dimana informasi merupakan sebuah komponen penting untuk pencapaian keinginan dan pemecahan masalah, dan telah melibatkan teknologi informasi maupun komunikasi untuk mencarinya
c. Level 2 – jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu aktiftasnya sehari-hari dan telah memiliki pola keberulangan dalam penggunaannya.
d. Level 3 – jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten menggunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitasnya sehari-hari.
e. Level 4 – jika seorang individu telah sanggup meningkatkan secara signifikan (dapat dinyatakan secara kuantitatif) kinerja aktivitas kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan informasi dan teknologi.
f. Level 5 – jika seorang individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, dan secara langsung telah mewarnai prilaku dan budaya hidupnya (bagian dari Information society atau manusia berbudaya informasi).

Diambil dari : “ BAHAN DISKUSI KELOMPOK PROGRAM PGMI (DUAL MODE) TENTANG E-LITERASI DAN PERANAN GURU DI ERA GLOBALISASI INFORMASI “.
Oleh : ADE ABDUL HAK, S.Ag., S.S., M.HUM


Senin, 18 Januari 2010

E-LIBRARY

Akrabkah anda dengan istilah semacam e-commerce, e-banking, e-learning, e-government, e-mail dan sebagainya? Huruf “e” disini mengacu pada kata “electronic”. Bagaimana dengan e-library, e-books, e-journal, e-bibliografi (OPAC) sama populerkah? kemunculan internet merupakan salah satu sarana yang sangat membantu para akademisi. Bagaimana tidak? Beraneka ragam referensi, jurnal, maupun hasil penelitian yang dipublikasikan melalui internet tersedia dalam jumlah yang berlimpah. Kamu-kamu sebagai mahasiswa tidak lagi perlu mengaduk-aduk buku di perpustakaan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Cukup dengan memanfaatkan search engine, materi-materi yang relevan dapat segera ditemukan.
Selain menghemat tenaga dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet cenderung lebih up-to-date. Buku-buku teks konvensional memiliki rentang waktu antara proses penulisan, penerbitan, sampai ke tahap pemasaran. Kalau ada perbaikan maupun tambahan, itu akan dimuat dalam edisi cetak ulangnya, dan itu jelas membutuhkan waktu. Kendala ini nyaris tidak ditemui dalam publikasi materi ilmiah di internet mengingat meng-upload sebuah halaman web tidaklah sesulit menerbitkan sebuah buku. Akibatnya, materi ilmiah yang diterbitkan melalui internet cenderung lebih aktual dibandingkan yang diterbitkan dalam bentuk buku konvensional.
Untuk menuju perpustakaan elektronik (e-library) atau digital library, maka produk-produk perpustakaan harus dilayankan secara elektronik. Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, menyebutkan :
”Perpustakaan digital (Inggris: digital library atau electronic library atau virtual library) adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer.”
Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan koleksi digital adalah:
“This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a computer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many computer screens and the relatively short ‘life’ of the Internet.”
Sedangkan menurut Donald J. Waters mendefinisikan perpustakaan digital adalah :
“Digital libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.”
Singkatnya koleksi digital sebenarnya dapat dipahami sebagai koleksi informasi dalam bentuk elektronik atau digital yang mungkin terdapat juga dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Koleksi digital disini dapat bermacam-macam, dapat berupa buku elektronik, jurnal elektronik, database online, statistic elektronik, dan lain sebagainya.
Setiap perguruan tinggi harus menyadari bahwa digitalisasi di perpustakaan adalah untuk meningkatkan kualitas jasa, bukan sebagai penambahan jumlah atau pembaharuan (modernisasi) peralatan saja. Dalam hal ini perpustakaan digital dapat diukur berdasarkan 10 butir penilaian kualitas jasa, yaitu :
1. Kinerja umum (performance)
Memenuhi persyaratan dasar dalam penggunaan teknologi digital
2. Keselarasan (conformance)
Memakai standar lokal, nasional, maupun internasional dalam hal pengiriman dan pertukaran informasi
3. Kekhususan (features)
Memberikan kemudahan yang tidak ada di perpustakaan biasa dalam bentuk fitur atau jasa khusus
4. Kehandalan (reliability)
Menjamin keajegan dalam penyediaan informasi
5. Kesinambungan (durability)
Bukan merupakan ”proyek sesaat”
6. Keterbaruan (currency)
Informasi selalu diperbarui
7. Kemudahan jasa (servive ability)
Mudah digunakan, termasuk bagi mereka yang baru pertama kali menggunakan.
8. Keindahan penampilan (aesthetics and image)
Memenuhi selera pengguna demi kenyamanan penggunaan
9. Kesepakatan kualitas (perceived quality)
Merupakan kesepakatan antar pemakai, bukan pandangan individual
10. Kebergunaan (usability)
Merupakan ukuran paling penting di semua jenis jasa. Nilai ditentukan oleh pengguna sesuai persepsi subyektif berdasarkan pengalaman mereka dalam hal.:
a. Efektivitas sistem
Seberapa jauh perpustakaan digital mampu secara tepat memberikan solusi informasi bagi pengguna. Termasuk di sini adalah relevansi informasi itu bagi pengguna.
b. Efisiensi sistem
Yaitu kemampuan sistem menghemat waktu dan upaya pengguna dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber, tidak hanya dari lingkungan lokal.
c. Kepuasan
Yaitu ukuran subyektif tentang kemudahan pemakaian, tampilan, struktur informasi, kandungan, keluasan jaringan (seberapa banyak sumber yang bisa dihubungi)
d. Kemudahan integrasi
Seberapa jauh perpustakaan digital dan jasanya dapat dengan mudah dijadikan bagian dari kegiatan utama pengguna di universitas (belajar, mengajar, penelitian)
Membangun koleksi digital juga dapat dilakukan dengan cara melakukan pengadaan koleksi melalui penyedia koleksi digital atau database digital baik membeli atau berlangganan. Adapun ragam koleksi digital adalah :
1. E-Journal
Menurut Glossary yang dikeluarkan oleh African Digital Library, yang dimaksud dengan e-journal adalah :
“An article or complete journal available fully electronically via a web-site on the Internet. It could be available free or as part of a paid for service. This trend is older and more established than the trend of providing e-book content via the Internet.”
Artikel-artikel untuk jurnal ilmiah merupakan pengetahuan primer, berbeda dengan buku pelajaran yang merupakan pengetahuan sekunder. Pengetahuan primer baru akan ada apabila ada penelitian baru, jadi suatu penerbit tidak dapat begitu saja menerbitkan jurnal ilmiah dan mencari artikel untuk jurnalnya. Apabila tidak ada yang meneliti maka tidak ada jurnal yang perlu diterbitkan. Situasi ini sama sekali terbalik dengan penerbitan majalah.Penelitian memerlukan dana yang tidak sedikit, dengan dermikian tidak heran bahwa kualitas ilmiah suatu negara tergantung dari alokasi dana penelitian yang dialokasikan oleh pemerintahnya. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa secara tradisional mempunyain anggaran besar untuk penelitian, sehingga negera-negara itu menjadi sumber utama-artikel ilmiah. Sumber lain untuk penelitian adalah yayasan-yayasan yang dibentuk oleh para milyarder di negara-negara maju.
Saat ini banyak perpustakaan perguruan tinggi berlangganan database online yang berisi berbagai macam jurnal elektronik maupun artikel elektronik. Melalui database online ini perpustakaan mampu menyediakan koleksi digital yang dapat diakses oleh pengguna perpustakaan dalam wilayah area tertentu. Ebscohost dan Proquest adalah dua contoh database yang saat ini cukup laris dan menjadi primadona bagi perpustakaan perguruan tinggi yang ingin menyediakan koleksi digital. Untuk membangun sistem perpustakaan digital, ada banyak aplikasi yang bisa digunakan, baik yang komersial maupun yang Open Source.
Akses e-journal di Indonesia masih menemui berbagai kendala, diantaranya seperti yang diungkap oleh Budi Rahardjo, yaitu :
1. Kurangnya penguasaan bahasa Inggris.
Kita sadari bahwa tidak semua orang Indonesia akan belajar bahasa Inggris, tetapi sebagian besar informasi di Internet tersedia dalam bahasa Inggris. Maka penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage).
2. Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia.
Untuk itu sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia.
2. Katalog Online (OPAC)
Berdasarkan Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
menyebutkan :
“An Online Public Access Catalog (often abbreviated as OPAC or simply Library Catalog) is an online database of materials held by a library or group of libraries. Users typically search a library catalog to locate books, periodicals, audio/visual materials or other items under control of a library.
OPAC merupakan database online berupa bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan, di mana pengguna bisa melakukan pencarian bahan pustaka yang dimaksud untuk mengetahui lokasi maupun status bahan pustaka tersebut. Tujuan utama dari katalog terkomputerisasi adalah membuat suatu sistem pengkatalogan yang sesuai dengan pemanfaatannya.. Sumber-sumber pembuatan katalog online (terkomputerisasi) didapatkan dari:
a. Katalog manual lokal yang berbentuk lembaran atau kartu tercetak;
File yang telah dibuat oleh kataloger, baik telah berformat MARC maupun belum;
b. Penggabungan (integrasi) file database katalog antar perpustakaan;
c. Membeli katalog komersial berformat MARC.
Hasil katalog terkomputerisasi ini dapat diakses melalui Online Public Access Catalogue (OPAC) atau situs web.
3. E-books
Berdasarkan Wikipedia, the free encyclopedia menyebutkan bahwa e-book adalah:
“An e-book (short for electronic book, also written eBook or ebook) is an e-text that forms the digital media equivalent of a conventional printed book, often protected with a digital rights management system. E-books are usually read on personal computers or smart phones, or on dedicated hardware devices known as e-book readers or e-book devices. Many mobile phones can also be used to read e-books.”
Buku-e (singkatan dari buku elektronik) atau buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku-e berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku-e diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku-e dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Terdapat berbagai format buku-e yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, lit dan html. Masing-masing format memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan juga bergantung dari alat yang digunakan untuk membaca buku-e tersebut.
a) Teks polos : Teks polos adalah format paling sederhana yang dapat dilihat hampir dalam setiap piranti lunak menggunakan komputer personal. Untuk beberapa devais mobil format dapat dibaca menggunakan piranti lunak yang harus lebih dahulu diinstal.
http://www.osun.org/pengertian+e+library-doc.html

Minggu, 17 Januari 2010

E-LERANING

Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
1 Pengantar e-Learning dan Pengembangannya
Romi Satria Wahono
Koordinator Umum IlmuKomputer.Com
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
“The next big killer application for the Internet is going to be education”
John Chambers, CEO of Cisco Systems
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan
suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak
terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-Learning ini membawa
pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik
secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-Learning sudah banyak diterima oleh
masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-Learning di lembaga pendidikan
(sekolah, training dan universitas) maupun industri (Cisco System, IBM, HP, Oracle, dsb).
John Chambers yang merupakan CEO dari perusahaan Cisco System mengatakan bahwa untuk
era ke depan, aplikasi dalam dunia pendidikan akan menjadi “killer application” yang sangat
berpengaruh. Departemen perdagangan dan departemen pendidikan Amerika Serikat bahkan
bersama-sama mencanangkan Visi 2020 berhubungan dengan konsep pendidikan berbasis
Teknologi Informasi (e-Learning) [Vision, 2002].
Makalah ini akan memfokuskan pembahasan pada aplikasi eLearning dan pengembangannya.
Bagaimana seharusnya aplikasi e-Learning dikembangkan dengan menyeimbangkan antara
kebutuhan pengguna dan keinginan dari pengembang. Penjelasan akan dimulai dari pengertian
eLearning, mengapa kita memerlukan e-Learning, sejarah e-Learning, beberapa analisa
kegagalan eLearning dan strategi pengembangannya e-Learning.
Lisensi Dokumen:
Copyright © 2003 IlmuKomputer.Com
Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan
disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat
tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang
disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang,
kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari IlmuKomputer.Com.
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
2
Pengantar e-Learning
Definisi
Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang
menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang
cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang
menyatakan:
e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet,
Intranet atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi
yang lebih luas bahwa:
e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik
untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan
komputer,maupun komputer standalone.
Definisi lain e-Learning dengan berbagai sudut pandang dapat dipelajari secara lengkap dari:
http://www.google.com/search?num=30&hl=en&lr=&ie=UTF-8&oe=UTF-8&q=define%3A%20e-learning
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau
konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat
disebut sebagai suatu e-Learning.
Mana Yang Benar “elearning” atau “e-learning” ?
Sebenarnya kita tidak perlu mendikotomikan perbedaan penggunaan kata-kata diatas. Bagaimanapun
juga, apabila ingin mencoba menganalisa, fenomenanya sedikit mirip dengan kata “email” dan
“e-mail”. Sampai tahun 1998 hampir semua orang menggunakan istilah “e-learning” (dengan tanda
hubung). Cisco menggunakan istilah “e-learning” dan SmartForce menggunakan terminologi
“e-Learning Company”.
Setelah mulai matang dan banyak dikenal, tanda hubung mulai tidak digunakan. Sehingga
digunakanlah istilah “elearning” atau “eLearning” (tanpa tanda hubung). Microsoft menggunakan
istilah “eLearn” demikian juga dengan beberapa vendor lain.
Saat ini pemakaian kata “e-learning” (dengan tanda hubung) masih lebih banyak daripada elearning
(tanpa tanda hubung). Mesin pencari google.com membuktikan fakta ini seperti di bawah:
• 4.150.000 hasil untuk pencarian dengan kata “elearning” (tanpa tanda hubung)
• 6.340.000 hasil untuk pencarian dengan kata “e-learning” (dengan tanda hubung)
Setelah itu beberapa variasi kata berkembang dengan penggunaan huruf kapital atau huruf kecil
untuk “L”.
Hakektnya tidak ada yang salah atau yang benar, karena kedua kata tersebut dapat digunakan
sebagai terminologi yang benar. Pada makalah ini akan digunakan kata e-Learning untuk
penyeragaman.
Keuntungan Menggunakan e-Learning
Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya adalah sebagai berikut:
• Menghemat waktu proses belajar mengajar
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
3
• Mengurangi biaya perjalanan
• Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku)
• Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
• Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
Gambar 1 merupakan salah satu contoh sistem e-Learning yang diimplementasikan oleh
perusahaan Cisco System untuk Cisco Networking Academy Program (CNAP). Saat ini
merupakan salah satu contoh sistem e-Learning yang cukup berhasil, dimana telah digunakan
oleh seluruh level academy CNAP baik CATC (Cisco Academy Training Center), Regional
Academy maupun Local Academy.
Gambar 1: Sistem e-Learning Cisco Networking Academy
Aplikasi e-Learning Dari Masa ke Masa
Uraian singkat tentang perkembangan e-Learning dari masa ke masa adalah seperti di bawah
[Cross, 2002]:
1990: CBT (Computer Based Training)
Era dimana mulai bermunculan aplikasi e-Learning yang berjalan dalam PC standalone ataupun
berbentuk kemasan CD-ROM. Isi berupa materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia
(video dan audio) dalam format MOV, MPEG-1 atau AVI. Perusahaan perangkat lunak
Macromedia mengeluarkan tool pengembangan bernama Authorware, sedangkan Asymetrix
(sekarang bernama Click2learn) juga mengembangkan perangkat lunak bernama Toolbook.
1994: Paket-Paket CBT
Seiring dengan mulai diterimanya CBT oleh masyarakat, sejak tahun 1994 muncul CBT dalam
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
4
bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
1997: LMS (Learning Management System)
Seiring dengan perkembangan teknologi internet di dunia, masyarakat dunia mulai terkoneksi
dengan Internet. Kebutuhan akan informasi yang cepat diperoleh menjadi mutlak, dan jarak
serta lokasi bukanlah halangan lagi. Disinilah muncul sebutan Learning Management System
atau biasa disingkat dengan LMS. Perkembangan LMS yang semakin pesat membuat pemikiran
baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang ada dengan suatu standard.
Standard yang muncul misalnya adalah standard yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry
CBT Committee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
1999: Aplikasi e-Learning Bebasis Web
Perkembangan LMS menuju ke aplikasi e-Learning berbasis Web secara total, baik untuk
pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan
dengan situs-situs portal yang pada saat ini boleh dikata menjadi barometer situs-situs informasi,
majalah, dan surat kabar dunia. Isi juga semakin kaya dengan berpaduan multimedia, video
streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standard,
berukuran kecil dan stabil.
Strategi Pengembangan e-Learning
Ketika kita berbicara tentang strategi pengembangan e-Learning, maka hakekatnya adalah sama
saja dengan strategi pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena e-Learning adalah juga
merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering),
ada beberapa tahapan yang harus kita lalui pada saat mengembangkan sebuah perangkat lunak
(Gambar 2).
Gambar 2: Tahapan Rekayasa Perangkat Lunak
Masalah analisa kebutuhan pada makalah ini ditonjolkan karena ini hal terpenting yang sering
dilupakan oleh pengembang aplikasi e-Learning. Pengembang terobsesi untuk membuat aplikasi
e-Learning terlengkap dan terbaik, padahal itu belum tentu sesuai dengan kebutuhan sebenarnya
dari pengguna.
Saat ini sebenarnya industri e-Learning sedang mengalami krisis, yang berakibat ke kegagalan
Requirement
Analysis
And
Specification
Design
Coding
Testing
Mainte
nance
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
5
e-Learning. Dari sebuah studi tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40
perusahaan besar menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (lebih dari 68%) menolak untuk
mengikuti pelatihan/kursus yang menggunakan konsep e-Learning. Ketika e-Learning itu
diwajibkan kepada mereka 30% menolak untuk mengikuti [Dublin, 2003]. Sedangkan studi lain
mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar untuk mengikuti e-Learning, 50-80%
tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir [Delio, 2000].
Dari berbagai literatur yang ada, kegagalan e-Learning sebagian besar diakibatkan oleh
kegagalan dalam analisa kebutuhan yang mengandung pengertian bahwa pengembang tidak
berhasil meng-capture apa sebenarnya kebutuhan dari pengguna (user needs).
Hasil dari proses analisa kebutuhan (requirements analysis) pengguna diterjemahkan sebagai
fitur-fitur yang sebaiknya masuk dalam sistem e-Learning yang kita kembangkan.
Sebagai pedoman fitur-fitur yang biasanya disediakan dalam sistem e-learning adalah seperti di
bawah. Contoh di bawah belum tentu melingkupi seluruh kebutuhan pengguna. Demikian juga
belum tentu sebuah sistem e-Learning harus memasukkan semua fitur-fitur di bawah.
Kembangkan sistem berdasarkan kepada kebutuhan pengguna yang sebenarnya (user needs).
1. Informasi tentang unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar
• Tujuan dan sasaran
• Silabus
• Metode pengajaran
• Jadwal kuliah
• Tugas
• Jadwal Ujian
• Daftar referensi atau bahan bacaan
• Profil dan kontak pengajar
2. Kemudahan akses ke sumber referensi
• Diktat dan catatan kuliah
• Bahan presentasi
• Contoh ujian yang lalu
• FAQ (frequently asked questions)
• Sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas
• Situs-situs bermanfaaat
• Artikel-artikel dalam jurnal online
3. Komunikasi dalam kelas
• Forum diskusi online
• Mailing list diskusi
• Papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah,
informasi tugas dan deadline-nya)
4. Sarana untuk melakukan kerja kelompok
• Sarana untuk sharing file dan direktori dalam kelompok
• Sarana diskusi untuk mengerjakan tugas daam kelompok
5. Sistem ujian online dan pengumpulan feedback
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
6
Beberapa Contoh Aplikasi e-Learning dan Penerapannya
Beberapa contoh aplikasi e-learning yang ada termasuk penerapan dalam berbagai bidang dapat
dipelajari dari screenshoot di bawah.
Gambar 3: Moodle - Learning Management System (LMS) Berbasis Opensource
[http://moodle.org]
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
7
Gambar 4: ATutor: Learning Content Management System (LCMS) Berbasis Opensource
[http://atutor.ca]
Gambar 5: Video on Demand dari Cisco System
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
8
Gambar 6: IlmuKomputer.Com – Sistem eLearning Gratis Berbasis Aktifitas Komunitas
[http://ilmukomputer.com]
Gambar 7: Sistem e-Learning Cisco Networking Academy
[http://cisco.netacad.net]
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
9
Gambar 8: Sistem e-Learning untuk Pelatihan dan Sertifikasi Penerbangan pada Merpati
Training Center
[http://sbumtc.com]
Penutup
Artikel ini memberikan sebuah pengantar tentang e-Learning dan pengembangannya. Sistem
e-Learning adalah mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan jaman dengan
dukungan Teknologi Informasi dimana semua menuju ke era digital, baik mekanisme maupun
konten. Pengembangan sistem e-Learning sistem harus didahului dengan melakukan analisa
terhadap kebutuhan dari pengguna (user needs). Sesuai dengan paradigma rekayasa sistem dan
perangkat lunak, kebutuhan dari pengguna ini memiliki kedudukan tertinggi, dan merupakan
dasar kreasi dan kerja pengembang. Ini semua untuk mencegah terjadinya kegagalan
implementasi dari sistem e-learning yang sebagian besar diakibatkan bahwa sistem yang
dikembangkan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pengguna.
Referensi
[Dublin , 2003] Dublin, L. and Cross, J., Implementing eLearning: getting the most from
your elearning investment, the ASTD International Conference, May 2003.
[Delio, 2000] Michelle Delio, Report: Online Training ‘Boring’, Wired News, located
at www.wired.com/news/business/0,1367,38504,00.html
[Glossary, 2001] Glossary of e-Learning Terms, LearnFrame.Com, 2001.
[Hartley, 2001] Darin E. Hartley, Selling e-Learning, American Society for Training and
Development, 2001.
Kuliah Umum IlmuKomputer.Com
Copyright © 2003-2005 IlmuKomputer.Com
10
[Cross, 2002] Jay Cross and Ian Hamilton, Beyond eLearning, Internet Time Group,
[Romi, 2003a] Romi Satria Wahono, Strategi Baru Pengelolaan Situs eLearning Gratis,
IlmuKomputer.Com, 2003.
[Romi, 2003b] Romi Satria Wahono, Spiralisasi Pengetahuan: Teknik Menghidupkan
Pengetahuan Kita, IlmuKomputer.Com, 2003.
[Romi, 2004a] Romi Satria Wahono, Strategi Membangun Komunitas Maya: Studi Kasus
IlmuKomputer.Com, Seminar MIFTA 2004: Urgensi Penggunaan IT Sebagai Upaya
Akselerasi Menuju Kemajuan Umat, MIFTA, June 03 2004.
[Vision, 2002] Vision 2020: Transforming Education and Training Through Advanced
Technologies, U.S. Department of Commerce, www.ta.doc.gov, 2002.
Biografi Penulis
Romi Satria Wahono. Lahir di Madiun, 2 Oktober 1974.
Menamatkan SMU di SMU Taruna Nusantara, Magelang pada tahun
1993. Menyelesaikan program S1 dan S2 di Department of
Information and Computer Sciences, Saitama University, Jepang
pada tahun 1999 dan 2001. Di Indonesia berstatus sebagai peneliti
pada instansi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tepatnya
di Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah (PDII). Kompetensi inti
adalah pada bidang Software Engineering, eLearning System,
Knowledge Management, dan Web Engineering. Aktif sebagai
penulis, dimana ratusan tulisan berupa scientific paper, artikel, dan
tutorial telah diterbitkan dalam berbagai proceedings conference, jurnal ilmiah, majalah, koran
dan portal, bertaraf nasional maupun internasional. Juga merupakan guest reviewer dari
International Journal of Computers and Applications, dan beberapa journal internasional lain.
Romi Satria Wahono mendapatkan penghargaan dari PBB pada pertemuan puncak WSIS (World
Summit on Information Society) tahun 2003 di jenewa, sebagai pendiri dari
IlmuKomputer.Com. Penghargaan yang diterima adalah Continental Best Practice Examples
(special mentions) in the Category e-Learning.
Informasi lebih lanjut tentang penulis bisa didapat melalui:
Email: romi@romisatriawahono.net
URL: http://romisatriawahono.net
YM: romi_sw