Kamis, 21 Januari 2010

E-LITERACY

E-LITERACY DAN ICT LITERACY

Istillah “e-literacy” diartikan sebagai kemapuan menggunakan perangkat teknologi informasi (Indrajit, 2005 : 37). Alan Martin (seperti yang dikutip oleh Secker, 2004 : 78), mendefinisikan “e-literacy” sebagai literasi komputer yang diintegrasikan dengan literasi informasi, literasi moral, literasi media, dan ketrampilan belajar mengajar. Istilah ini digambarkan sebagai suatu kemampuan individu atau institusi yang sangat penting agar berhasil dalam mengikuti suatu era yang telah memakai alat-alat dan fasilitas elektronik, (e-literacy as computer literacy coupled with elements of information literacy, moral literacy, media literacy, and teaching and learning skill. It has been described as “a crucial enabler of individuals and institutions in moving successfully in a world reliant upon electronic tools and facilities).

Defenisi tersebut menggambarkan bahwa istilah “e-literacy” ini sangat berkaitan erat dengan ragam istilah “literacy” lainnya yang berarti kemampuan untuk membaca dan menulis (the ability to read and write). Bunz (seperti yang dikutip Indrajit, 2005 : 38) menjelaskankata ini yang kemudian berkembangkan dan sering dipadankan dengan “technology” sehingga dikenal istilah “technology literacy” yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk memahami dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai tujuan. Selanjutnya ketika teknologi computer berkembang, dikenal pulaistilah “computer literacy” dari definisi yang sederhana yaitu kemampuan menggunakan computer untuk memenuhi kepuasan pengguna (Rhodes, 1986) sampai yang berbau filosofis seperti “the collection of skill, knowledge, understanding, values, and relationships that allow a person to function as a productive citizen in a computer-oriented” (Watt, 1980).

Lebih jauh lagi Indrajit (2005) menjelaskan bahwa ketika berkembang secara pesat, istilah “internet literacy”-pun lahir dengan sendirinya, yaitu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan internet sebagai media komunkasi dan temu kembali informasi secara teori dan praktis. Kemudian Wijaya (2005 : 29) menjelaskan bahwa pada sebuah panel yang diikuti oleh beberapa ahli pendidikan, pakar bidang teknologi industry dan kelompok pekerja dari Australia, Brazil, Kanada, Prancis, dan Amerika Serikat yang tergabung dalam The International ICT Literacy Panel mengeluarkan definsi sebagai “ICT literacy is using digital technology, communication tools, and/or network to access manage, integrate, evaluate, and create information in order to function knowledge society”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dtarik kesimpulan baik istilah “e-literacy” maupun “ICT literacy” pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam tujuan penggunaan teknologi informasi sebagai alat untuk komunikasi dan temu kembali informasi. Dari pengertian daitas pula terdapat lima aspek terkait yang merupakan integrasi dan aplikasi kemampuan kognitif dan teknis (Wijaya : 31) yaitu :
1. Access (akses) : mengetahui tentang dan mengetahui bagaimana untuk mengumpulkan dan mendapatkan informasi.
2. Manage (mengelola) : menerapkan skala klasifikasi atau organisasi
3. Integrate (meng-integrasikan) : meng-interprestasikan dan menggambarkan ulang informasi. Hal initermasuk didalamnya membuat ringkasan, membandingkan, dan menggarisbawahi.
4. Evaluate (meng-evaluasi) : memutuskan tentang kualtas, keterkaitan, kegunaan atau efesiensi dan informasi
5. Create (menciptakan) : menciptakan informasi baru dengan cara mengadopsi, menerapkan, mendesain, membuat atau menulis informasi.

Aspek-aspek tersebut terintegrasi dalam kemampuannya yang bersifat kognitif (teori) sebagai kemampuan dasar yang kita butuhkan setiap saat seperti di sekolah dan tempat kerja, antara lain kemampuan memecahkan masalah, numerik dan visualisasi. Sedangkan kemampuan teknis (prkatis) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami perangkat keras,perangkat lunak, jaringan dan elemen-elemen teknologi digital.

Tingkat Kematangan E-Literacy

Kemampuan e-literacy pada setiap individu akan memiliki pola yang berbeda sesuai dengan kebutuhan hidup dan kedewasaan masyarakat, seperti yang dapat kita lihat pada gambar dibawah ini (Menteri Komunikasi dan Informasi RI, 2006 : 42). Hal ini sesuai dengan kerangka konsep Personal Capability Maturity Model (P-CMM) yang dikutip Indrajit (2005), maka kurang lebih level e-literacy seseorang dapat digambarkan seperti berikut :










(Sumber : Menteri Komunikasi dan Informasi RI, 2006 : 42)

a. Level 0 – jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak peduli akan pentingnya informasi dan teknologi untuk kehidupan sehari-hari.
b. Level 1 – jika seorang individu pernah memiliki pengalaman satu dua kali dimana informasi merupakan sebuah komponen penting untuk pencapaian keinginan dan pemecahan masalah, dan telah melibatkan teknologi informasi maupun komunikasi untuk mencarinya
c. Level 2 – jika seorang individu telah berkali-kali menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu aktiftasnya sehari-hari dan telah memiliki pola keberulangan dalam penggunaannya.
d. Level 3 – jika seorang individu telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten menggunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitasnya sehari-hari.
e. Level 4 – jika seorang individu telah sanggup meningkatkan secara signifikan (dapat dinyatakan secara kuantitatif) kinerja aktivitas kehidupannya sehari-hari melalui pemanfaatan informasi dan teknologi.
f. Level 5 – jika seorang individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, dan secara langsung telah mewarnai prilaku dan budaya hidupnya (bagian dari Information society atau manusia berbudaya informasi).

Diambil dari : “ BAHAN DISKUSI KELOMPOK PROGRAM PGMI (DUAL MODE) TENTANG E-LITERASI DAN PERANAN GURU DI ERA GLOBALISASI INFORMASI “.
Oleh : ADE ABDUL HAK, S.Ag., S.S., M.HUM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar